Comment

"Jangan Lupa Tinggalkan Comment Ya', Matur Nuwun"

Sabtu, 29 Januari 2011

Diam Lalu Senyumlah


Sabtu, 29 januari 2011 (21:50)
                Assalamu’alaikum..
                Bismillah, malem mingguan pengen bikin original posting. Stupid box matikan dulu, orang besok masih ada acara-acara jelek yang lain. Facebook ga usah dijenguk dulu, isinya tiap hari juga itu-itu aja. Ga usah makan dulu orang tadi sore sudah makan batagor, mandi besok aja orang air di bak mandi masih banyak. Bentar...bikin waiting list song dari mas-mas Secondhand Serenade di iTunes dulu biar memberikan feel. Kok malah ngantuk... Bentar... plok-plok-plok, ngelus-ngelus pipi dulu, menata mata dulu biar tulisan di LCD kelihatan, biar apa yang dipikiran tertulis dengan benar di papan word.

                Duduk siapppppp grakkk...
                Eh..meh mbahas opo iki jal? Diam... iya diam. Diam ini bisa meredamkan emosi dan mengistirahatkan jiwa. Aku masih tetap dengan pendirianku yang dulu, diam tak berarti marah dan diam tak berarti tidak tahu. Keramahan masih bisa diwakili dengan senyum dan tatapan selayang pandang saja. Dan sepertinya prinsip itu akan selalu terpelihara. Diam.. Dulu, apa yang terlintas dipikiran, yang dirasakan oleh hati selalu terukir di wall yang kata temen-temen itu adalah wadah silaturahmi. Tidak ada yang salah dengan opini itu. Bagaimanapun penggunaannya feksibel, tergantung mau dipakai buat apa. (Gaya bahasanya sudah sok gawl belum?, he..)
                Serius....serius... Saudaraku ketika orang menuliskan kemarahannya, menuliskan pikirannya atau menuliskan perasaannya di “dinding”, setelahnya apakah yang dirasakan? Apakah setelah itu marahnya hilang, perasaannya menjadi lega, pikirannya menjadi ringan, atau semua masalahnya hilang? Kalau iya entar aku tak ikut.. Ketika orang berteriak dengan energinya mereka berkata lebih reda emosinya, marahnya dan juga masalahnya. Apakah dengan diam tidak bisa, ketika ada yang membuat kita marah, emosi, lampiaskan itu semua dengan diam, renungkan dan berikan senyum simpul untuk hati kita. Insya allah itu bisa melunakkan pikiran dan hati.
Lebih menenangkan mana dan berkesan mana antara melampiaskan emosi dengan membagi ke orang-orang, atau meredamkan emosi dengan diam dan merenungkan pada hati kita? Yakinlah masih ada sedikitnya satu titik yang paling jernih di antara titik yang lain di dalam hati kita yang bisa memberikan penawar untuk perasaan emosi dan kalut kita teman. Kita pasti punya jawaban masing-masing. Widih..sok bijaksana.
Kawan, apa yang kita banggakan dari membagi sebuah masalah atau melampiaskan emosi kepada orang lain? Bukannya sok kuat, tapi sudah jelas Allah ingin sekali kita kembali kepada-Nya. Apakah setiap do’a yang tertulis di “dinding” itu akan Dia kabulkan? Wallahualam bissawab... Setahuku berdo’a ada adabnya. Kawan, setiap manusia yang hidup diuji dengan masalah, dan masalah yang menimpa kita bukanlah masalah terbesar yang pernah menimpa orang-orang sebelum dan sesudah kita. Percaya kita bisa mengatasi setiap hal yang membuat gelisah bahkan sakit di hati kita.
Wis ngantuk...sleeping beauty dulu ah.. Saudaraku..semoga Allah melunakkan hati kita untuk mudah menerima hidayah dari-Nya, mudah kembali di saat hati dan pikiran sudah jauh dari tuntunan-Nya, kuat dalam menghadapi setiap cobaan-Nya, bisa membaca setiap pelajaran yang disisipkan di sekeliling kita, dan tentunya tetep....cling-cling-cling smile up J .
Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Wassalamu’alaikum..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar