Comment

"Jangan Lupa Tinggalkan Comment Ya', Matur Nuwun"
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 September 2010

Kalau mau hidup kenapa mesti ke Jakarta?


Sumber Gambar: chip.co.id
                Heleuh... Jakarta yang notabene ibukota yang harusnya bersih, nyaman dan rapi tetapi menyimpan banyak problem diantaranya kotor, banjir, macet dan semakin bertambahnya wilayah kumuh. Tetapi semakin tahunnya kok ya para urban comunity (termasuk saya, hee) masih saja berdatangan dengan bermodal nekat untuk mengadu nasib. Padahal undang-undang tentang otonomi daerah sudah lama tergaungkan.


Berdasarkan data dinas kependudukan, pendatang baru di Jakarta pada 2007 mencapai 109.617 orang, menurun 11,9 persen atau sebanyak 14.810 orang dibanding tahun 2006. Kemudian pada 2008 mencapai 88.473 orang, menurun 19,29 persen atau sebanyak 21.144 orang. Tahun lalu, sebanyak 69.554 orang, menurun 21,38 persen (Tempointeraktif.Com).
Sebenarnya apakah alasan uang saja orang berduyun-duyun datang ke Jakarta? Menurutku banyak hal yang menyebabkan kenapa seolah-olah hanya Jakarta saja yang menjanjikan uang dan kesejahteraan (just my opinion lho, he..):
1.      Pembangunan yang tidak merata, semisal akses transportasi, property, sarana pendidikan dan perekonomian (pasar tradisional yang memadai). Ini akan memancing penduduk yang tempat tinggalnya dekat dengan Jakarta untuk berduyun-duyun datang ke jakarta (apa coba yang ga ada di Jakarta?).
2.     Penggerak ekonomi daerah yang sudah ada sebelumnya tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Ada daerah yang berpotensi sebagai penghasil sayuran/buah-buahan, daging sapi, telur asin, kerajinan, ikan tawar maupun laut, karet, kelapa dll. Mereka dari zaman dahulu telah punya pasar untuk menjajakan dagangan mereka. Yang jadi masalahnya, pemerintah daerah setempat tidak memberikan bimbingan, modal dan tempat untuk menjual produk-produk mereka. Lama-kelamaan di saat mereka diterpa kesulitan modal dan harga panen jatuh, mereka susah untuk bangkit kembali.
3.     Mata pencaharian penduduk bergeser karena apa yang penduduk hasilkan dari pencaharian mereka lama-kelamaan turun nilai ekonomisnya. Sejak dahulu indonesia di kenal dengan suburnya lahan dan banyaknya ikan, sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Dahulu dengan bertani, Indonesia bisa berswasembada pangan sehingga murah akan pangan. Dengan bertani dan menjadi nelayan, para orang tua bisa menyekolahkan putra-putrinya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Kalau sekarang bagaimana bisa? Hasil panen palingan cuma bisa menghasilkan uang 500.000 bahkan tidak sampai, padahal untuk panen harus menunggu 3-6 bulan lamanya. Belum lagi sekarang ini produk pertanian banyak turun nilai ekonominya, tetapi harga pupuk dan bibit semakin mahal. Adeuuhh..
4.      Bingung mau nulis lagi, tak sarapan bubur ayam dulu yak? He.. Bagi kalian yang mau nyumbang pemikiran silahkeun atuh nyak.

Selengkapnya...

Terdidik Tapi Nganggur

Sumber Gambar: sidoarjosaiki.wordpress.com



Aduh nyak!! Setiap tahun yang namanya kelulusan pastilah banyaknya ga ketulungan. Cuman perbandingan jumlah lapangan kerja dengan jumlah pencari kerja sangat tidak proporsional. Hal ini menimbulkan jumlah pengangguran terdidik di negeri ini terus meningkat di setiap tahunnya. Tidak hanya itu, masih banyak faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah pengangguran terdidik. Berikut data pengangguran terdidik yang saya peroleh dari searching di google yang bersumber dari Badan Pusat Statistik:


Pendidikan
2005
2006
2007
2008
2009
SMA
3.911.502
4.047.016
3.745.035
3.369.959
1.337.586
Diploma+Akademi
322.836
297.185
330.316
519.987
486.399
Universitas
385.418
375.601
409.890
626.202
626.621
Total
4.619.756
4.719.802
4.485.241
4.516.148
2.450.606

Sumber: Badan Pusat Statistik
Menurut opini saya dimana sebagian saya peroleh dari artikel yang pernah saya baca, pengangguran terdidik ini di karenakan oleh banyak hal diantaranya:
1.    Jumlah siswa/ mahasiswa tiap tahun selalu bertambah tetapi jumlah lapangan kerja tidak bisa menampung. Setiap perusahaan tidak mesti setiap tahun membuka recruitment, sedangkan setiap sekolahan/akademi/universitas setiap tahunnya pasti meluluskan ribuan siswa/mahasiswa.
2.    Sistem pendidikan yang menurut saya :
a.    Selalu mempelajari ilmu lama yang berulang-ulang dan turun menurun serta kurang aplikatif (basi). Sedangkan informasi teknologi selalu berkembang.
b.    Banyak sekolahan/universitas yang hanya mementingkan kecerdasan intelektualnya. Soft skill (penguasaan bahasa asing, pandai berkomunikasi, bekerja sama, melihat peluang, management resiko) masih belum dikembangkan kepada siswa/mahasiswa.
c.    Tidak adanya materi kewirausahaan mulai dari jenjang SMP/SMA bahkan di universitas.
d.    Setiap jurusan (universitas) tidak mempunyai link kerja sama dengan suatu badan/perusahaan yang sinkron dengan jurusan studi yang diambil siswa/mahasiswa. Sehingga banyak siswa/mahasiswa yang praktek di tempat yang bukan semestinya.
e.    Masih banyaknya sekolah/akademi/universitas berdiri dan masih belum terakreditasi serta memberikan kurikulum yang jauh dari standar nya.
f.     Banyak orang pandai yang kurang mendapatkan apresiasi dari pemerintah, sehingga banyak yang lari ke luar negeri.
3.    Mental pemuda/pemudi di negara ini masih bersifat manja dan konsumtif (tidak produkti). Yang selalu tertanam dari kebanyakan lulusan adalah “bagaimana mencari lapangan pekerjaan” bukan “bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan”.
4.    Kebijakan perusahaan di mana banyak perusahaan yang melakukan recruitment melalui outsourching. Selain itu status kontrak tidak menjamin prospek kerja karyawan.
Mungkin dari temen-temen semua mau menambahkan? Silahkan, sok atuh!!


Selengkapnya...