Comment

"Jangan Lupa Tinggalkan Comment Ya', Matur Nuwun"

Kamis, 02 September 2010

Aku bahagia jika semuanya atas keridhaan Allah


Pening, terasa sisa pikiran dan emosi yang sempat meledak. Terbangun saat suara bedug mengisyaratkan datangnya subuh. Mata masih menatap kelangit-langit ruangan di mana aku terlelap. Lampu di langit-langit terasa lebih menyilaukan dari pada wajahnya. Terlelap hanya karena merasa dicampakkan dan dipermainkan oleh manusia yang menjelma menjadi wanita penggoda hati. Sebenarnya semua yang akan terjadi bisa diprediksi (prinsip yang selalu terpegang), hal buruk muncul karena kita selalu memulainya, memupuknya sedikit demi sedikit. Jika dari awal kita menjaga proporsi perasaan itu, tidak memupuknya, tidak mengiyakan hati yang mau ini mau itu, pasti semuanya juga berakhir dengan keindahan karena buah ketaatan. Ya, ketaatan adalah kuncinya.

Ya..aku mundur. Dari awal toh hanya kekhawatiran yang aku dapatkan. Aku masih memegang prinsip itu, ya...

‘’Jika kalian menemukan cinta, hanya ada dua pilihan. Jatuh cinta atau membangun cinta’’.

Jatuh cinta berarti memenggal leher sendiri. Toh menjadi imam di keluarga nanti bukan hanya berawal dari cinta. Bukan.....karena aku yakin bahwa untuk membentuk keluarga bukan di mulai dari mawaddah (intim dan kemesraan). Tetapi niat untuk menjaga kesucian dengan cara menikah tanpa terlebih dahulu merasakan mawaddah adalah yang diajarkan.
Membangun cinta? Ya, lebih untuk mempersiapkan diri secara lahiriah dan batiniah. Butuh ilmu dunia akhirat untuk menahkodai kapal. Butuh ilmu ruhiyah (spiritual), ilmiyah-fikriyah (ilmu-intelektual), jasadiyah (fisik), maaliyah (material), dan ijtima’iyah (sosial). Karena di depan kita hanya ada dua tujuan, jannah atau nar. Karena membangun dan menjalankan kapal bukan hanya keinginan yang menggebu dan meledak-ledak. Karena untuk semua itu ada prosedur secara syariat, jika pondasinya ada campur tangan syaitan akankah bisa terbangun sebuah rumah yang terhiasi cahaya wajah berseri dari surga oleh seorang sedua sejoli itu?
Ya..aku mundur. Aku memilih orang lain untuk menjadi makmumku nanti, insya allah ini demi menjaga hati.  Bismillah, aku hanya berusaha untuk menjaga diriku sendiri serta wanita itu. Aku sudah berusaha, silahkan kamu memilih yang kamu mau. Toh, dari awal hanya kebimbangan yang kita dapatkan. Karena sesuatu yang mendatangkan keraguan dalam jiwa dan rasa gundah dalam dada karena buah dari mengikuti godaan. Tidah usah terlalu jauh memikirkan itu, yang sederhana saja, yaitu:

‘’Siapapun yang membuka tabir kemudian dia memasukkan pandangan sebelum dia diijinkan, maka ia telah melanggar hukum yang tidak halal untuk dilakukannya’’ (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Bangunlah dengan calon imam mu.. semoga dengan ridla allah. Jika semuanya telah siap, apalagi yang masih ditunggu. Memulai sesuatu memang sangat berat, tetapi memulai dengan keridlaan allah lebihlah utama walaupun jalan penuh hantaman ombak harus dilalui. Dari pada memulai sesuatu dengan melewati jalan lebar yang tiada hambatan, tetapi tanpa keridlaan allah. Tidak ada dua imam yang harus ditaati oleh kita...

“Barangsiapa membai’at seorang imam lalu dia telah memberikan jabatan tangan dan kerelaan hatinya, maka hendaknya dia taat kepadanya dalam batas kemampuannya. Jika ada yang lain dibai’at, maka penggallah leher yang lain itu.” (HR. Muslim no. 1844, dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma).

Ya....inilah perjalanan dalam membangun separuh iman kita. Marilah memulai dengan niat dan cara yang allah inginkan. Bismillah dan mulai dari sekarang.
Aku bahagia jika yang kamu pilih menahkodai kapal yang kalian buat dalam waktu dekat dan akujuga bahagia jika akhirnya imam itu bisa menjaga dan menuntunmu menjadi perhiasan yang paling indah di dunia.
Wassalamu’alaikum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar