Sumber Gambar: aredbutterfly.wordpress.com
Seorang penyair , Iliya Abu Madhi berkata dalam syairnya...
Dia berkata “ Langit sedang sedih dan bermuran durja”
Aku berkata “ Senyumlah, cukuplah langit yang berduka cita”
Dia berkata “ Masa muda telah pergi berlalu”
Aku berkata “ Tersenyumlah karena sesah sedih masa muda takkan kembali selamanya”
Dia berkata “ Pujaan hatiku yang dulu penuh cinta kini berubah jadi neraka dalam jiwa. Ia menghianatiku setelah kuserahkan seluruh bagian hatiku padanya. Mana mungkin aku akan bermanis muka?”
Aku berkata “ Tersenyumlah dan bergembiralah andai bersamanya barangkali engkau hanya akan hidup penuh dengan duka”
Dia berkata “ Perdagangan di tengah pertempuran yang sengit bak musafir yang disiksa rasa haus tak terkira. Bagai gadis cantik yang baik hari yang butuh darah karena sakit yang menggerogotinya. Dia meludah darah saat kehausan”
Aku berkata “ Tersenyumlah karena dirimu bukanlah penyebab sakit atau kesembuhannya, barangkali senyummu memberitahumu siapa yang bersalah. Orang lain yang mendosa kenapa juga dirimu yang susah?”
Dia berkata “ Musuhku mengepungku dengan teriakannya, kenapa aku tersiksa sedang musuhku semena-mena sesukanya?”
Aku berkata “ Tersenyumlah karena mereka tidak akan melukaimu selama engkau bukan orang yang lebih baik dari mereka”
Dia berkata “ Pekan raya telah menampakkan tanda-tandanya. Nampak olehku pakaian dan boneka. Aku mempunyai tanggungan atas orang-orang yang kucintai. Namun sayang telapak tangannku kosong dari harta”
Aku berkata “ Tersenyumlah karena engkau masih hidup dan tidak kehilangan orang yang engkau cinta”
Dia berkata “ Malam-malam yang berlalu memaksaku menenggak pil pahit”
Aku berkata “ Tersenyumlah walau hidupmu terasa pahit, barangkali jika orang lain melihatmu bergembira dia akan menghilangkan kesedihan yang menyelimutimu, bernyanyilah. Manakah yang lebih baik bergelimang harta dengan rasa hampa ataukah rugi tak berpunya tapi hari selalu ceria? Wahai sahabat, tak masalah bibir yang terluka atau wajah yang hancur tak berupa. Tertawalah karena bintang tetap tertawa meski malam gelap gulita. Sebab itulah bintang kita suka”
Semoga dapat menginspirasi.
Menyenangkan dan menenangkan..
BalasHapus