Sumber Gambar: chip.co.id
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaUwMtY4PoiC-5eY2V5Uh5XByDenvwscCqcWwTlBf0ZI0AFKGgjAwmFW_UD-qDit-QRkOgx8PkG61cZV5-SuSvzT83UcbNZ-t0J8TyqW5yeQaIhdvdMf3dCt_WVNK2c7UjPEWCU1OhROM/s320/indonesian_farmer.jpg)
Berdasarkan data dinas kependudukan, pendatang baru di Jakarta pada 2007 mencapai 109.617 orang, menurun 11,9 persen atau sebanyak 14.810 orang dibanding tahun 2006. Kemudian pada 2008 mencapai 88.473 orang, menurun 19,29 persen atau sebanyak 21.144 orang. Tahun lalu, sebanyak 69.554 orang, menurun 21,38 persen (Tempointeraktif.Com).
Sebenarnya apakah alasan uang saja orang berduyun-duyun datang ke Jakarta? Menurutku banyak hal yang menyebabkan kenapa seolah-olah hanya Jakarta saja yang menjanjikan uang dan kesejahteraan (just my opinion lho, he..):
1. Pembangunan yang tidak merata, semisal akses transportasi, property, sarana pendidikan dan perekonomian (pasar tradisional yang memadai). Ini akan memancing penduduk yang tempat tinggalnya dekat dengan Jakarta untuk berduyun-duyun datang ke jakarta (apa coba yang ga ada di Jakarta?).
2. Penggerak ekonomi daerah yang sudah ada sebelumnya tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Ada daerah yang berpotensi sebagai penghasil sayuran/buah-buahan, daging sapi, telur asin, kerajinan, ikan tawar maupun laut, karet, kelapa dll. Mereka dari zaman dahulu telah punya pasar untuk menjajakan dagangan mereka. Yang jadi masalahnya, pemerintah daerah setempat tidak memberikan bimbingan, modal dan tempat untuk menjual produk-produk mereka. Lama-kelamaan di saat mereka diterpa kesulitan modal dan harga panen jatuh, mereka susah untuk bangkit kembali.
3. Mata pencaharian penduduk bergeser karena apa yang penduduk hasilkan dari pencaharian mereka lama-kelamaan turun nilai ekonomisnya. Sejak dahulu indonesia di kenal dengan suburnya lahan dan banyaknya ikan, sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Dahulu dengan bertani, Indonesia bisa berswasembada pangan sehingga murah akan pangan. Dengan bertani dan menjadi nelayan, para orang tua bisa menyekolahkan putra-putrinya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Kalau sekarang bagaimana bisa? Hasil panen palingan cuma bisa menghasilkan uang 500.000 bahkan tidak sampai, padahal untuk panen harus menunggu 3-6 bulan lamanya. Belum lagi sekarang ini produk pertanian banyak turun nilai ekonominya, tetapi harga pupuk dan bibit semakin mahal. Adeuuhh..
4. Bingung mau nulis lagi, tak sarapan bubur ayam dulu yak? He.. Bagi kalian yang mau nyumbang pemikiran silahkeun atuh nyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar